Senin, 30 Desember 2013

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR KETIGA



TUGAS ILMU BUDAYA DASAR


Budaya Negatif Orang Indonesia Menurut Orang Jepang



                                    NAMA       :        BAMBANG IMAM SUWONDO
                             KELAS      :        1ID06
                             NPM           :        31413630


KATA PENGANTAR
       
         Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa saya penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para umatnya yang insyaallah setia sampai akhir jaman. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Ilmu Budaya Dasar. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, saya telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya saya menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki.
         Oleh sebab itu pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Bapak Apipudin selaku dosen pembimbing Ilmu Budaya Dasar. Saya yakin dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca karena makalah ini cukup baik dan lengkap. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.

Jakarta, 29 desember 2013
                                                                                                   

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
 Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
1.2    rumusan masalah
1.      Apa itu kebudayaan ?
2.      Apa saja budaya negative orang Indonesia menurut orang jepang ?
1.3    tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dan untuk menambah wawasan tentang budaya negative orang Indonesia menurut orang jepang
1.4    manfaat
agar pembaca mengerti apa saja kebiasaan buruk orang Indonesia dipandang orang jepang

BAB II
Budaya Negatif Orang Indonesia Menurut Orang Jepang
2.1  pengertian budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
2.2 Budaya Negatif Orang Indonesia Menurut Orang Jepang
Prof Nagano, staf pengajar Nihon University memberikan kuliah
intensive course dalam bidang Asian Agriculturedi IDEC Hiroshima
University.
Beliau sering menjadi konsultan pertanian di negara-negara Asia
termasuk Indonesia. Ada beberapa hal yang menggelitik yang
utarakannya sewaktu membahas tentang Indonesia:
1.Orang Indonesia suka rapat dan membentuk panitia macam-macam.
Setiap ada kegiatan selalu di rapatkan dulu, tentunya dengan
konsumsinya sekalian. Setelah rapat perlu dibentuk panitia kemudian
diskusi berulang kali,saling kritik, dan merasa idenya yang paling
benar dan akhirnya pelaksanaan tertunda-tunda padahal tujuannya
program tersebut sebetulnya baik.
2. Budaya Jam Karet
Selain dari beliau, saya sudah beberapa kali bertemu dengan orang
asing yang pernah ke Indonesia. Ketika saya tanya kebudayaan apa yang
menurut anda terkenal dari Indonesia dengan spontan mereka jawab :
Jam Karet! Saya tertawa tapi sebetulnya malu dalam hati.Sudah
sebegitu parahkah disiplin kita?
3. Kalau bisa dikerjakan besok kenapa tidak (?)
Kalau orang lain berprinsip kalau bisa dikerjakansekarang kenapa
ditunda besok? Saya pernah malu juga oleh tudingan Sensei saya
sendiri tentang orang Indonesia. Beliau mengatakan, Orang Indonesia
mempunyai budaya menunda-nunda pekerjaan.
4. Umumnya tidak mau turun ke Lapangan
Beliau mencontohkan ketika dia mau memberikan pelatihan kepada para
petani, pendampingnya dari direktorat pertanian datang dengan safari
lengkap padahal beliau sudah datang dengan work wear beserta sepatu
boot.
Pejabat tersebut hanya memberikan petunjuk tanpa bisa turun ke
lapang, kenapa? Karena mereka datangnya pakai safari dan ada yang
berdasi. Begitulah beliau menggambarkan orang Indonesia yang hebat
sekali dalam bicara dan memberikan instruksi tapi jarang yang mau
turun langsung ke lapangan.

BAB III
PENUTUP

3,1 kesimpulan
Saya hanya ingin mengingatkan bahwa kita sudah terlalu sering dinina-
bobokan oleh istilah indonesia kaya,masyarakatnya suka gotong royong,
ada pancasila,agamanya kuat, dan lain-lain.Dan itu hanyalah istilah,
kenyataannya bisa kita lihat sendiri.
Ternyata negarakita hancur-hancuran, bahkan susah
untuk recovery lagi, mana sifat gotong royong yang membuat negara
seperti Korea, bisa bangkit kembali. Kita selalu senang dengan
istilah tanpa action. Kita terlalu banyak diskusi,saling lontar ide,
kritik, akhirnya waktu terbuang percuma tanpa action. Karena belum
apa-apa sudah ramai duluan.
Kapan kita akan sadar dan intropeksi akan kekurangan-kekurang an kita
dan tidak selalu menjelek-jelekkan orang lain? Selama itu belum
terjawab kita akan terus seperti ini, menjadi negara yang katanya
sudah mencapai titik minimal untuk disebut negara beradab dan tetap
terbelakang disegala bidang.
Mudah-mudahan pernyataan beliau menjadi peringatan bagi kita semua,
terutama saya pribadi agar bisa lebih banyak belajar dan mampu
merubah diri untuk menjadi yang lebih baik.

3.2 saran
Semoga kita bisa memperbaiki Citra ini dengan sikap 3 M (mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari yang terkecil).

sumber :
http://lateralbandung.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
 



Senin, 25 November 2013

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR KEDUA





TUGAS ILMU BUDAYA DASAR


STUDY KASUS KENAKALAN REMAJA







                                    NAMA       :        BAMBANG IMAM SUWONDO
                             KELAS      :        1ID06
                             NPM          :        31413630


" MAKALAH STUDI KASUS PENYIMPANGAN PADA REMAJA "

KATA PENGANTAR
       
         Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa saya penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para umatnya yang insyaallah setia sampai akhir jaman. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Ilmu Budaya Dasar. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, saya telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya saya menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki.
         Oleh sebab itu pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada Bapak Apipudin selaku dosen pembimbing Ilmu Budaya Dasar. Saya yakin dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca karena makalah ini cukup baik dan lengkap. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan teman-teman maupun pihak lain yang berkepentingan.
Jakarta, 1desember 2013
                                                                                                   Penulis

BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang Masalah
          Penyimpangan remaja merupakan salah satu dari sekian banyak masalah sosial yang semakin merebak pada waktu sekarang ini. Masalah sosial sering dikaitkan dengan masalah perilaku menyimpang dan bahkan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan. Upaya rehabilitasi dianggap lebih tepat untuk mengatasi masalah Penyimpangan remaja. Hal ini karena remaja adalah generasi penerus yang masih memungkinkan potensi sumberdaya manusianya berkembang, sehingga pada saatnya akan menggantikan generasi sebelumnya menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.
          Pada saat ini semakin berkembang bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan remaja. Penyimpangan remaja tidak hanya berbentuk bolos sekolah, mencuri kecil-kecilan, tidak patuh pada orang tua, tetapi mengarah pada tindakan kriminal, seperti perkelahian masal antar pelajar (tawuran) yang menyebabkan kematian, perkosaan, pembunuhan dan lain-lain. Di Amerika Serikat hampir lebih dari 40 % orang-orang yang melakukan kejahatan serius adalah anak-anak remaja nakal. Ditemukan setiap harinya 2500 anak lahir di luar pernikahan, 700 anak lahir dengan berat badan rendah, 135.000 anak membawa senjata tajam ke sekolah, 7.700 anak umur belasan melakukan kegiatan seksual aktif, 600 anak umur belasan mengidap syphilis atau gonorhoe, dan 6 anak umur belasan memutuskan untuk bunuh diri (Horn, 1991). Di Indonesia tercatat pada Direktorat Bimbingan Masyarakat POLRI, bahwa pada tahun 1994 menangkap 1.261 pelaku perkelahian antar pelajar dan pada tahun 1998 data ini telah meningkat  menjadi 18.946 pelaku yang ditangkap (Justika, 1999).
          Penyebab Penyimpangan remaja dikarenakan manusia, termasuk anak dan remaja adalah mahluk sosial yang senantiasa melakukan interaksi yang terbuka dengan berbagai faktor yang sulit dideteksi secara jelas, dan memungkinkan lebih bersifat individual. Profesi pekerjaan sosial merupakan profesi yang  bertanggung jawab atas masalah sosial Penyimpangan remaja, menunjuk ketidakmampuan orang tua sebagai penyebab penyimpangan  remaja, yang dalam hal ini berarti keluarga. Orang tua seharusnya memiliki kompetensi untuk mengendalikan anak-anak mereka, terutama yang sedang memasuki masa remaja. Sosiolog memandang disorganisasi sosial sebagai penyebab terjadinya Penyimpangan remaja, sedangkan psikolog mengacu pada pandangan Freud, bahwa Penyimpangan remaja disebabkan oleh terjadinya inner conflict, kelabilan emosional dan emosi alam bawah sadar lainnya.
          Keluarga sering dianggap sebagai sumber tunggal dari banyak masalah sosial. Teoritisi Fungsionalis beranggapan bahwa ketidakmampuan kelompok tertentu, terutama orang-orang miskin dan para imigran, mengakibatkan anak-anak mereka mencari hubungan-hubungan alternatif seperti gang, kelompok kriminal, dan kelompok sebaya yang menyimpang lainnya. Teoritisi Interaksionist mempelajari pola-pola interaksi  keluarga sebagai petunjuk mengapa beberapa anggota keluarga berubah menyimpang, misalnya : keluarga-keluarga yang dikepalai oleh perempuan dan keluarga yang pasangannya tidak menikah, tetapi menganut norma-norma keluarga konvensional, sering mendapat stigma dan sumber masalah sosial. Bagi Teoritisi Konflik, keluarga adalah sumber masalah sosial ketika nilai-nilai yang diajarkan bertentangan dengan masyarakat yang lebih besar. Para sosiolog mengabaikan perspektif teoritis tentang keluarga tersebut dan cenderung memfokuskan pada apa yang dapat dilakukan oleh institusi-institusi dalam masyarakat, terutama institusi-institusi kesejahteraan sosial, untuk mempertahankan dan memperkuat stabilitas keluarga.
          Keluarga sebagai ikatan sosial pertama yang dialami oleh seseorang. Di dalam keluargalah anak belajar untuk hidup sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungannya (learning to live as a social being) (Brill, 1978). Keluarga merupakan wadah pertama bagi seseorang untuk mempelajari bagaimana dirinya merupakan suatu pribadi yang terpisah dan harus berinteraksi dengan orang-orang lain di luar dirinya. Interaksi sosial yang terjadi dalam keluarga ini merupakan suatu komponen vital dalam sosialisasi seorang manusia. Anak akan menyerap berbagai macam pengetahuan, norma, nilai, budi pekerti, tatakrama, sopan santun, serta berbagai keterampilan sosial lainnya yang sangat berguna dalam berbagai kehidupan masyarakat. Anak akan belajar bagaimana memikul rasa bersalah, bagaimana menghadapi secara konstruktif berbagai tanggapan anggota keluarganya yang lain, anak akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, kepuasan, dan cinta kasih terhadap sesama mahluk. Dengan demikian, keluargalah pelaku pendidikan utama bagi seorang anak menjadi manusia secara penuh, manusia yang mampu hidup bersama manusia lain dalam lingkungannya yang diliputi suasana harmonis, bukan manusia congkak yang memiliki dorongan agresi, merusak, dan mengganggu lingkungan sosialnya.
          Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang dikalangan remaja akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.

1.2         Rumusan Masalah
          Adapun rumusan masalah yang hendak dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut:
a.    Menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan penyimpangan-penyimpangan
b.    Menyelidiki sejak dini terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang cenderung akan menjadi seorang penjahat
c.    Upaya orang tua dan masyarakat dalam memberikan solusi agar remaja yang melakukan penyimpangan tidak lagi melakukan penyimpangan.
d.   Keberhasilan yang dicapai orng tua dan masyarakat setelah melakukan berbagai solusi terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan
e.    Dampak daripada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja.

1.3         Tujuan Penulisan
a.    Tujuan Umum
Melakukan penelitian terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan-penyimpangan dengan menggunakan metode studi kasus serta menggunakan teknik observasi dan teknik wawancara.
b.   Tujuan Khusus
a.    Mendeskripsikan penyelidikan faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan penyimpangan-penyimpangan
b.    Mendeskripsikan penyelidikan sejak dini terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan-penyimpangan yang cenderung akan menjadi seorang penjahat
c.    Mendeskripsikan upaya orang tua dan masyarakat dalam memberikan solusi agar remaja yang melakukan penyimpangan tidak lagi melakukan penyimpangan.
d.   Mendeskripsikan keberhasilan yang dicapai orang tua dan masyarakat setelah melakukan berbagai solusi terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan
e.    Mendeskripsikan dampak daripada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja.

1.4         Manfaat Penelitian
a.    Manfaat secara Teoritis
Hasil penelitian ini akan memberikan konstribusi substantif-konseptual-teoritis terhadap ilmu pendidikan dalam melakukan penelitian studi kasus penyimpangan yang dilakukan oleh seorang remaja yang cenderung setelah dewasa akan menjadi seorang penjahat.
b.   Manfaat secara Praktis
a.    Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua dan masyarakat dalam mengetahui tanda-tanda sejak dini seorang remaja akan menjadi seorang penjahat yang ditinjau dari aspek penyimpangan-penyimpangan yang telah dilakukannya.
b.    Sekolah sebagai tempat menuntut ilmu dan tempat mendidik siswa dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam mendidik siswa agar tidak melakukan berbagai penyimpangan pada masa remaja yang identik bahwa masa remaja merupakan masa serba ingin tahu.



BAB II
KAJIAN TEORITIS


2.1     Masa Remaja
          Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun.  Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
          Ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
a.    Merupakan periode transisi/peralihan
b.    Merupakan periode perubahan, misalnya: perubahan kepekaan emosi, bentuk tubuh, peran, minat, dan nilai.
c.    Merupakan masa mencari jati diri/identitas diri.
d.   Merupakan masa yang tidak realistik, karena mereka memandang sesuatu dari “kacamata”-nya sendiri, yang kadang jauh dari realita
          Ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja, diantaranya sebagai berikut:
a.    Menerima kodisi fisik apa adanya, dan mampu memanfaatkannya secara efektif.
b.    Mencapai hubungan baru yang lebih matang dg teman sebaya, baik sejenis maupun lain jenis.
c.    Mencapai peran sosial yang bertanggung jawab sebagai pria/wanita.
d.   Mencapai kemandirian emosional dari ortu maupun orla.
e.    Mempersiapkan karier ekonomi.
f.     Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
          Pada masa remaja terdiri atas kebutuhan-kebutuhan:
a.    Mencapai sesuatu => memupuk ambisi
b.    Kebutuhan akan rasa: superior, ingin menonjol, ingin terkenal.
c.    Kebutuhan u/ berkompetisi
d.   Kebutuhan u/tampil memukau
e.    Kebutuhan bebas menentukan sikap (tidak mau didekte) FILE DI: Psikologi Perkembangan II-Pendahuluan-08
f.     Kebutuhan u/ menjalin persahabatan
g.    Kebutuhan u/ berempati
h.    Kebutuhan u/ mencari simpati
i.      Kebutuhan u/ menghindari rutinitas
j.      Kebutuhan u/mengatasi hambatan
k.    Kebutuhan u/menyalurkan agresivitas
l.      Kebutuhan bergaul dengan lawan jenis

2.2     Permasalahan Remaja
          Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
          Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
          Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
a.    Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
b.    Ketidakstabilan emosi.
c.    Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
d.   Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
e.    Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
f.     Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
g.    Senang bereksperimentasi.
h.    Senang bereksplorasi.
i.      Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
j.      Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
          Namun ada beberapa permasalahan utama yang sering dialami oleh remaja, yaitu:
a   Permasalahan Fisik dan Kesehatan
          Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al).
          Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
b   Permasalahan Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
          Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
a.    Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
b.    Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
c.    Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dll.

2.3     Penyimpangan Remaja
          Mussen dkk (1994), mendefinisikan penyimpangan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan penyimpangan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
          Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku penyimpangan remaja dibagi
menjadi empat, yaitu :
a.         penyimpangan terisolir (Delinkuensi terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis.
b.        penyimpangan neurotik (Delinkuensi neurotik)
Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya.
c.         penyimpangan psikotik (Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum criminal yang paling berbahaya.
d.        penyimpangan defek moral (Delinkuensi defek moral)
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang.
Menurut Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum
yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :
a.         Perbedaan struktur intelektual
Pada umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja
yang normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.
b.        Perbedaan fisik dan psikis
Remaja yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada remaja nakal ini, yaitu: mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.
c.         Ciri karakteristik individual
Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti :
a.       Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
b.      Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.
c.       Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak
mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab
secara sosial.
d.      Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang
merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko
dan bahaya yang terkandung di dalamnya.
e.       Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.
f.       Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
g.      Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi
h.      Liar dan jahat.
          Faktor-faktor penyimpangan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut :
a.       Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi.
b.      Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
c.       Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.
d.      Jenis kelamin
Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.
e.       Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.
f.       Proses keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.
g.      Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal.
h.      Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal
i.        Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor- factor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.
          Berikut ini contoh-contoh penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja:
a.         Berbohong
b.        Pergi keluar rumah tanpa pamit
c.         Keluyuran
d.        Begadang
e.         membolos sekolah
f.         Berkelahi dengan teman
g.        Berkelah antar sekolah
h.        Buang sampah sembarangan
i.          membaca buku porno
j.          melihat gambar porno
k.        menontin film porno
l.          Mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM
m.      Kebut-kebutan/mengebut
n.        Minum-minuman keras
o.        Kumpul kebo
p.        Hubungan sex diluar nikah
q.        Mencuri
r.          Mencopet
s.         Menodong
t.          Menggugurkan Kandungan
u.        Memperkosa
v.        Berjudi
w.      Menyalahgunakan narkotika
x.        Membunuh

2.4     Penyimpangan Remaja dan Kejahatan
          Remaja yang terbiasa melakukan penyimpangan maka kehidupannya akan berpeluang besar berbuat kejahatan yang kemudian akan menjadi seorang penjahat.
          Penjahat adalah orang yang telah melakukan kejahatan. Sedangkan kejahatan adalah suatu perbuatan melanggar hukum atau norma, merugikan diri sendiri dan orang lain, melakukan sesuatu yang tidak umum.
          a   Sebab-Sebab Berbuat Jahat
a.         Pelaku kejahatan yang dilahirkan
Pelaku kejahatan yang dilahirkan menjadi penjahat, sehinnga seseorang berbuat jahat karena dilahirkan menjadi jahat atau berdasarkan faktor genetic.
b.        Pelaku kejahatan berdasarkan insting kejahatan yang ada pada dirinya
Dalam hal ini perbuatan kejahatan dilkaukan karena individu mengikuti insting dalam dirinya.
c.         Pelaku kejahatan karena lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku kejahatan termasuk dalam hal ini pola pendidikan dan pengasuhan. 
d.        Pelaku kejahatan karena terpaksa
Pelaku kejahatan karena terpaksa mengi,kuti ‘suasana anomie’ yaitu suasana yang menekan sehingga memaksa orang berbuat sesuatu karena orang tersebut sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi
b            Dampak dari Kejahatan
              Dampak yang dialami korban adalah frustasi (karena kehilangan harta benda), trauma (karena mengalami hal yang mengerikan, misalnya pemerkosaan), bahkan bisa jadi korban akan mengalami phobia karena traumatic terhadap kejadian yang dialaminya. Keluarga korban juga akan mengalami hal yang sama dengan korban
              Sedangkan dampak yang dialami pelaku adalah deperes karena takut tindakannya ketahuan dan apabila ketahuan pelaku tersebut juga akan depresi karena dikucilkan oleh masyarakat. Pengucilan oleh masyarakat juga akan dialami keluarga pelaku tindak criminal tersebut.
          c   Klasifikasi Jenis Kejahatan
a.         Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Dampaknya
a)         Kejahatan berdampak luas
b)        Kejahatan berdampak local
c)         Kejahatan korbannya diri sendiri
d)        Kejahatan yang tidak ada korbannya
b.        Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Jenis Objek Sasaran
a)         Kejahatan kemanusiaan
b)        Kejahatan perang
c)         Kejahatan politik
d)        Kejahatan harta benda
c.         Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Cara yang digunakan
a)         Kejahatan yang menyakiti orang lain
b)        Kejahatan dengan kekerasan
c)         Kejahatan dengan kelembutan
d)        Kejahatan dengan Media

d       Teori-Teori Kejahatn
a.         Teori asosiasi diferensial (Differensial Association (differensial Association)
Menurut teori ini bahwa kejahatan dipelajari melalui belajar
b.        Teori Kontrol social
Menurut teori ini bahwa masyarakat bias mencegah terjadinya kejahatan dengan memberikan control melalui hal-hal yang bias mencegah kejahatn dengan cara memberikan kasih saying, melibatkan, partisipasi, dan kepercayaan
c.         Teori Label/Cap/Stigma
a)         Primary Deviancy adalah penyimpangan yang dilakukan pertama kali dan tidak diberikan sanksi
b)        Secondary Deviance adalah penyimpangan yang dilakukan berulang-ulang dan merupakan sebuah kebiasaan
d.        Teori Anomi (Kacau)
Menurut teori ini bahwa kejahatan terjadiketika dalam masyarakat tidak ada kepastian hukum.

2.5     Minuman Beralkohol
          Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.
          Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.
          Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.
          Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi.
          Jenis-jenis minuman beralkohol terdiri atas : anggur, bir, bourbon, brendi, brugal, caipirinha, chianti, jägermeister, mirin, prosecco, rum, sake, sampanye, shōchū, tuak, vodka, wiski

2.6     Pornografi
          Pornografi (dari bahasa Yunani πορνογραφία pornographia — secara harafiah tulisan tentang atau gambar tentang pelacur) (kadang kala juga disingkat menjadi "porn," "pr0n," atau "porno") adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan membangkitkan birahi (gairah seksual). Pornografi berbeda dari erotika. Dapat dikatakan, pornografi adalah bentuk ekstrem/vulgar dari erotika. Erotika sendiri adalah penjabaran fisik dari konsep-konsep erotisme. Kalangan industri pornografi kerap kali menggunakan istilah erotika dengan motif eufemisme namun mengakibatkan kekacauan pemahaman di kalangan masyarakat umum.
          Pornografi dapat menggunakan berbagai media — teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara seperti misalnya suara orang yang bernapas tersengal-sengal. Film porno menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan/atau suara-suara erotik lainnya, sementara majalah seringkali menggabungkan foto dan teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis, kadang-kadang dengan ilustrasi. Suatu pertunjukan hidup pun dapat disebut porno.
          Menonton film porno dapat membangkitkan nafsi birahi yang bila tak terkendali dan apabila ketika belum menikah maka akan berpeluang terjadi pemerkosaan.



BAB III
PENUTUP


3.1     Kesimpulan
          Calon korban yang telah melakukan penyimpangan selama 2 tahun lamanya, akhirnya sekarang sudah berangsur berubah menjadi orang yang baik walaupun belum sempurna menjadi orang yang baik tapi sudah ada tanda-tanda yang menunjukan bahwa calon korban akan berubah menjadi orang yang baik, bahkan calon korban juga telah berjanji kepada orang tuanya dan masyarakat bahwa dia bersungguh-sungguh akan berubah menjadi orang yang baik.
          Tidak hanya itu, 4 orang temannya juga yang selalu bersama-sama melakukan penyimpangan, mereka juga berjanji seperti calon korban akan berubah menjadi orang yang baik, yang dapat dibanggakan oleh orang tuanya, masyarakat, bangsa dan negara.
          Keberhasilan semua ini berkat solusi yang yang telah dibuat oleh masyarakat kampung Tapis  yang peduli terhadap masa depan calon korban dan teman-temannya. Dalam pelaksanaannya pun yang secara bersama-sama warga masyarakat dengan bekerja sama dengan pihak kepolisian yang tentunya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh  dan sebaik-baiknya sehingga menunjukan hasil yang maksimal.

3.2     Saran
          a   Saran untuk Masyarakat
Masyarakat secara bersama-sama dengan seluruh warga dan elemen-elemen lainnya agar dapat peduli terhadap remaja supaya tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan, dengan cara mengontrol berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para remaja terutama kegiatan yang dilakukan pada malam hari. Serta mengarahkan para remaja untuk melakukan berbagai kegiatan yang positif yang berguna untuk masa depannya.
          b   Saran untuk Orang Tua
Orang tua agar dapat mengontrol semua kegiatan yang dilakukan oleh anaknya sehari-hari supaya anaknya tidak melakukan berbagai penyimpangan-penyimpangan yang tentunya dapat merugikan dirinya sendiri, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara serta dapat menghancurkan masa depannya.
          c   saran untuk Para Remaja
Masa remaja yang serga ingin tahu rentan sekali melakukan penyimpangan, oleh karena itu kepada setiap remaja agar dapat memilih teman yang sekiranya baik dan tidak mengajak untuk melakukan penyimpangan. Karena faktor lingkungan terutama pengaruh teman merupakan faktor yang dominan seorang remaja melakukan berbagai penyimpangan.