TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
”STUDY KASUS
KENAKALAN REMAJA”
NAMA : BAMBANG IMAM SUWONDO
KELAS : 1ID06
NPM : 31413630
" MAKALAH STUDI KASUS PENYIMPANGAN PADA REMAJA "
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa saya penulis panjatkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan
para umatnya yang insyaallah setia sampai akhir jaman. Makalah ini disusun guna
melengkapi tugas Ilmu Budaya Dasar. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja
keras dan dukungan dari berbagai pihak, saya telah berusaha untuk dapat
memberikan serta mencapai hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan
harapan, walaupun di dalam pembuatannya saya menghadapi berbagai kesulitan
karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki.
Oleh sebab itu pada
kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
khususnya kepada Bapak Apipudin selaku dosen pembimbing Ilmu Budaya Dasar. Saya
yakin dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca
karena makalah ini cukup baik dan lengkap. Semoga apa yang disajikan dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan teman-teman maupun pihak lain yang
berkepentingan.
Jakarta, 1desember 2013
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Penyimpangan remaja merupakan salah satu dari sekian banyak masalah sosial
yang semakin merebak pada waktu sekarang ini. Masalah sosial sering dikaitkan
dengan masalah perilaku menyimpang dan bahkan pelanggaran hukum atau tindak
kejahatan. Upaya rehabilitasi dianggap lebih tepat untuk mengatasi masalah
Penyimpangan remaja. Hal ini karena remaja adalah generasi penerus yang masih
memungkinkan potensi sumberdaya manusianya berkembang, sehingga pada saatnya
akan menggantikan generasi sebelumnya menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.
Pada saat ini semakin berkembang
bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan remaja. Penyimpangan remaja tidak
hanya berbentuk bolos sekolah, mencuri kecil-kecilan, tidak patuh pada orang
tua, tetapi mengarah pada tindakan kriminal, seperti perkelahian masal antar
pelajar (tawuran) yang menyebabkan kematian, perkosaan, pembunuhan dan
lain-lain. Di Amerika Serikat hampir lebih dari 40 % orang-orang yang melakukan
kejahatan serius adalah anak-anak remaja nakal. Ditemukan setiap harinya 2500
anak lahir di luar pernikahan, 700 anak lahir dengan berat badan rendah,
135.000 anak membawa senjata tajam ke sekolah, 7.700 anak umur belasan
melakukan kegiatan seksual aktif, 600 anak umur belasan mengidap syphilis
atau gonorhoe, dan 6 anak umur belasan memutuskan untuk bunuh diri
(Horn, 1991). Di Indonesia tercatat pada Direktorat Bimbingan Masyarakat POLRI,
bahwa pada tahun 1994 menangkap 1.261 pelaku perkelahian antar pelajar dan pada
tahun 1998 data ini telah meningkat menjadi 18.946 pelaku yang ditangkap
(Justika, 1999).
Penyebab Penyimpangan remaja
dikarenakan manusia,
termasuk anak dan remaja adalah mahluk sosial yang senantiasa melakukan
interaksi yang terbuka dengan berbagai faktor yang sulit dideteksi secara
jelas, dan memungkinkan lebih bersifat individual. Profesi pekerjaan sosial
merupakan profesi yang bertanggung jawab atas masalah sosial Penyimpangan remaja, menunjuk ketidakmampuan orang tua sebagai penyebab penyimpangan
remaja, yang dalam hal ini berarti keluarga. Orang tua seharusnya memiliki kompetensi untuk
mengendalikan anak-anak mereka, terutama yang sedang memasuki masa remaja.
Sosiolog memandang disorganisasi sosial sebagai penyebab terjadinya
Penyimpangan remaja, sedangkan psikolog mengacu pada pandangan Freud, bahwa Penyimpangan remaja
disebabkan oleh terjadinya inner conflict, kelabilan emosional dan emosi alam bawah sadar
lainnya.
Keluarga sering dianggap sebagai
sumber tunggal dari banyak masalah sosial. Teoritisi Fungsionalis beranggapan bahwa ketidakmampuan kelompok
tertentu, terutama orang-orang miskin dan para imigran, mengakibatkan anak-anak
mereka mencari hubungan-hubungan alternatif seperti gang, kelompok kriminal,
dan kelompok sebaya yang menyimpang lainnya. Teoritisi Interaksionist mempelajari pola-pola interaksi
keluarga sebagai petunjuk mengapa beberapa anggota keluarga berubah menyimpang,
misalnya : keluarga-keluarga yang dikepalai oleh perempuan dan keluarga yang pasangannya
tidak menikah, tetapi menganut norma-norma keluarga konvensional, sering
mendapat stigma dan sumber
masalah sosial. Bagi Teoritisi Konflik,
keluarga adalah sumber masalah sosial ketika nilai-nilai yang diajarkan
bertentangan dengan masyarakat yang lebih besar. Para sosiolog mengabaikan
perspektif teoritis tentang keluarga tersebut dan cenderung memfokuskan pada
apa yang dapat dilakukan oleh institusi-institusi dalam masyarakat, terutama
institusi-institusi kesejahteraan sosial, untuk mempertahankan dan memperkuat
stabilitas keluarga.
Keluarga sebagai ikatan sosial pertama
yang dialami oleh seseorang. Di dalam keluargalah anak belajar untuk hidup
sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungannya (learning
to live as a social being) (Brill, 1978). Keluarga merupakan wadah pertama
bagi seseorang untuk mempelajari bagaimana dirinya merupakan suatu pribadi yang
terpisah dan harus berinteraksi dengan orang-orang lain di luar dirinya.
Interaksi sosial yang terjadi dalam keluarga ini merupakan suatu komponen vital
dalam sosialisasi seorang manusia. Anak akan menyerap berbagai macam
pengetahuan, norma, nilai, budi pekerti, tatakrama, sopan santun, serta
berbagai keterampilan sosial lainnya yang sangat berguna dalam berbagai kehidupan
masyarakat. Anak akan belajar bagaimana memikul rasa bersalah, bagaimana
menghadapi secara konstruktif berbagai tanggapan anggota keluarganya yang lain,
anak akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, kepuasan, dan cinta
kasih terhadap sesama mahluk. Dengan demikian, keluargalah pelaku pendidikan
utama bagi seorang anak menjadi manusia secara penuh, manusia yang mampu hidup
bersama manusia lain dalam lingkungannya yang diliputi suasana harmonis, bukan
manusia congkak yang memiliki dorongan agresi, merusak, dan mengganggu
lingkungan sosialnya.
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
dikalangan remaja akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha
untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini
sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/
napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang
terjadi pada orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa
remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa
percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang hendak dibahas oleh penulis
adalah sebagai berikut:
a. Menyelidiki
faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan
penyimpangan-penyimpangan
b. Menyelidiki
sejak dini terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan-penyimpangan
yang cenderung akan menjadi seorang penjahat
c. Upaya orang
tua dan masyarakat dalam memberikan solusi agar remaja yang melakukan
penyimpangan tidak lagi melakukan penyimpangan.
d. Keberhasilan yang dicapai orng
tua dan masyarakat setelah melakukan berbagai solusi terhadap seorang remaja
yang melakukan penyimpangan
e. Dampak daripada
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh remaja.
1.3
Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Melakukan
penelitian terhadap seorang remaja yang melakukan penyimpangan-penyimpangan
dengan menggunakan metode studi kasus serta menggunakan teknik observasi dan
teknik wawancara.
b. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan penyelidikan faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja
melakukan penyimpangan-penyimpangan
b. Mendeskripsikan penyelidikan sejak dini terhadap seorang remaja yang
melakukan penyimpangan-penyimpangan yang cenderung akan menjadi seorang
penjahat
c. Mendeskripsikan upaya orang tua dan masyarakat dalam memberikan solusi agar
remaja yang melakukan penyimpangan tidak lagi melakukan penyimpangan.
d. Mendeskripsikan keberhasilan yang
dicapai orang tua dan masyarakat setelah melakukan berbagai solusi terhadap
seorang remaja yang melakukan penyimpangan
e. Mendeskripsikan dampak daripada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
oleh remaja.
1.4
Manfaat Penelitian
a. Manfaat secara Teoritis
Hasil
penelitian ini akan memberikan konstribusi substantif-konseptual-teoritis
terhadap ilmu pendidikan dalam melakukan penelitian studi kasus penyimpangan
yang dilakukan oleh seorang remaja yang cenderung setelah dewasa akan menjadi
seorang penjahat.
b. Manfaat secara Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang tua dan masyarakat
dalam mengetahui tanda-tanda sejak dini seorang remaja akan menjadi seorang
penjahat yang ditinjau dari aspek penyimpangan-penyimpangan yang telah
dilakukannya.
b. Sekolah sebagai tempat menuntut ilmu dan tempat mendidik siswa dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam mendidik siswa agar tidak
melakukan berbagai penyimpangan pada masa remaja yang identik bahwa masa remaja
merupakan masa serba ingin tahu.
BAB II
KAJIAN
TEORITIS
2.1 Masa Remaja
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan
manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.
Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi
valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia
pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada
awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun
mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia
sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang
dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang
sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya
dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang
pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena
kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
a. Merupakan periode transisi/peralihan
b. Merupakan periode perubahan, misalnya: perubahan kepekaan emosi, bentuk
tubuh, peran, minat, dan nilai.
c. Merupakan masa mencari jati diri/identitas diri.
d. Merupakan masa yang tidak realistik, karena mereka
memandang sesuatu dari “kacamata”-nya sendiri, yang kadang jauh dari realita
Ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja,
diantaranya sebagai berikut:
b.
Mencapai hubungan baru yang
lebih matang dg teman sebaya, baik sejenis maupun lain jenis.
c.
Mencapai peran sosial yang
bertanggung jawab sebagai pria/wanita.
d.
Mencapai kemandirian
emosional dari ortu maupun orla.
e.
Mempersiapkan karier
ekonomi.
f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Pada masa remaja terdiri atas
kebutuhan-kebutuhan:
a.
Mencapai sesuatu =>
memupuk ambisi
b.
Kebutuhan akan rasa:
superior, ingin menonjol, ingin terkenal.
c.
Kebutuhan u/ berkompetisi
d.
Kebutuhan u/tampil memukau
e.
Kebutuhan bebas menentukan
sikap (tidak mau didekte) FILE DI: Psikologi Perkembangan II-Pendahuluan-08
f.
Kebutuhan u/ menjalin
persahabatan
g.
Kebutuhan u/ berempati
h.
Kebutuhan u/ mencari
simpati
i.
Kebutuhan u/ menghindari
rutinitas
j.
Kebutuhan u/mengatasi
hambatan
k.
Kebutuhan u/menyalurkan
agresivitas
l. Kebutuhan bergaul dengan lawan jenis
2.2 Permasalahan Remaja
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan.
Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20
oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat
itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and
stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Menurut Erickson masa remaja adalah
masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan
Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status
identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium,
foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk,
2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri
remaja.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
a.
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam
gerakan.
b.
Ketidakstabilan emosi.
c.
Adanya perasaan kosong
akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
d.
Adanya sikap menentang dan
menantang orang tua.
e.
Pertentangan di dalam
dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang
tua.
f.
Kegelisahan karena banyak
hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
g.
Senang bereksperimentasi.
h.
Senang bereksplorasi.
i.
Mempunyai banyak fantasi,
khayalan, dan bualan.
j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan
kegiatan berkelompok.
Namun ada beberapa permasalahan utama
yang sering dialami oleh remaja, yaitu:
a Permasalahan
Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan
oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah
selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang
terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/ keprihatinan mereka terhadap keadaan
fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang
diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain
ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka
kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja
perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya,
khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. Dalam sebuah penelitian
survey pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan
kondisi fisiknya (Kostanski & Gullone, 1998). Ketidakpuasan akan diri ini
sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang
penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan
yang maladaptiv (& Shaw, 2003; Stice & Whitenton, 2002). Lebih lanjut,
ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya
gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999;
Thompson et al).
Dalam masalah kesehatan
tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi
adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang.
Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesar adalah
karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan berskplorasi.
b Permasalahan
Alkohol dan Obat-Obatan Terlarang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan
sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak
berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang
kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada
orang dewasa. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja
mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya
diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi.
a. Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang
tua, supervisi, kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua,
ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
b. Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan
obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi
pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll.
c. Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif,
orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan
koping yang buruk, dll.
2.3 Penyimpangan
Remaja
Mussen dkk (1994),
mendefinisikan penyimpangan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau
kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun,
jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.
Hurlock (1973) juga menyatakan penyimpangan remaja adalah tindakan pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat
seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
Menurut Kartono (2003),
bentuk-bentuk perilaku penyimpangan remaja dibagi
menjadi empat, yaitu :
a. penyimpangan terisolir (Delinkuensi terisolir)
Kelompok ini merupakan
jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita
kerusakan psikologis.
b. penyimpangan neurotik (Delinkuensi neurotik)
Pada umumnya, remaja nakal
tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa
kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain
sebagainya.
c. penyimpangan psikotik (Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi psikopatik ini
sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan,
mereka merupakan oknum criminal yang paling berbahaya.
d. penyimpangan defek moral (Delinkuensi defek moral)
Defek (defect, defectus)
artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang.
Menurut
Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum
yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal.
Perbedaan itu mencakup :
a. Perbedaan struktur intelektual
Pada umumnya inteligensi
mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja
yang normal, namun jelas
terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja nakal ini
mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk
ketrampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang
ambigius biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain
bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan
dari diri sendiri.
b. Perbedaan fisik dan psikis
Remaja yang nakal ini lebih
“idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah
sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih
kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil penelitian
juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada
remaja nakal ini, yaitu: mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan
menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.
c. Ciri karakteristik individual
Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian
khusus yang menyimpang, seperti :
a. Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada
masa sekarang,
bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa
memikirkan masa depan.
b. Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional.
c. Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal,
sehingga tidak
mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak
bertanggung jawab
secara sosial.
d. Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang
merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari
besarnya risiko
dan bahaya yang terkandung di dalamnya.
e. Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan
dan bahaya.
f. Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
g. Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi
h. Liar dan jahat.
Faktor-faktor
penyimpangan remaja menurut Santrock, (1996) lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut :
a. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh
Erikson (Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas
versus difusi identitas harus di atasi.
b. Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai
kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
c. Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini
berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian
tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku
kenakalan.
d. Jenis kelamin
Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku
anti sosial daripada perempuan.
e. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali
memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa
bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya
nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai
motivasi untuk sekolah.
f. Proses keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya
kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian
orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif,
kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan
remaja.
g. Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan
meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal.
h. Kelas sosial ekonomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak
berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah
remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang
memiliki banyak privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal
i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan
kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan
remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan
memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat
seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan
tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan
aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor- factor lain dalam
masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.
Berikut ini contoh-contoh
penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja:
a. Berbohong
b. Pergi keluar rumah tanpa pamit
c. Keluyuran
d. Begadang
e. membolos sekolah
f. Berkelahi dengan teman
g. Berkelah antar sekolah
h. Buang sampah sembarangan
i. membaca buku porno
j. melihat gambar porno
k. menontin film porno
l. Mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM
m. Kebut-kebutan/mengebut
n. Minum-minuman keras
o. Kumpul kebo
p. Hubungan sex diluar nikah
q. Mencuri
r. Mencopet
s. Menodong
t. Menggugurkan Kandungan
u. Memperkosa
v. Berjudi
w. Menyalahgunakan
narkotika
x. Membunuh
2.4 Penyimpangan Remaja dan
Kejahatan
Remaja yang terbiasa melakukan penyimpangan maka
kehidupannya akan berpeluang besar berbuat kejahatan yang kemudian akan menjadi
seorang penjahat.
Penjahat
adalah orang yang telah melakukan kejahatan. Sedangkan kejahatan adalah suatu
perbuatan melanggar hukum atau norma, merugikan diri sendiri dan orang lain,
melakukan sesuatu yang tidak umum.
a Sebab-Sebab Berbuat Jahat
a.
Pelaku kejahatan yang
dilahirkan
Pelaku
kejahatan yang dilahirkan menjadi penjahat, sehinnga seseorang berbuat jahat
karena dilahirkan menjadi jahat atau berdasarkan faktor genetic.
b.
Pelaku kejahatan
berdasarkan insting kejahatan yang ada pada dirinya
Dalam hal
ini perbuatan kejahatan dilkaukan karena individu mengikuti insting dalam
dirinya.
c.
Pelaku kejahatan karena
lingkungan
Lingkungan
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku kejahatan termasuk dalam
hal ini pola pendidikan dan pengasuhan.
d.
Pelaku kejahatan karena
terpaksa
Pelaku
kejahatan karena terpaksa mengi,kuti ‘suasana anomie’ yaitu suasana yang
menekan sehingga memaksa orang berbuat sesuatu karena orang tersebut sudah
tidak bisa berbuat apa-apa lagi
b Dampak
dari Kejahatan
Dampak yang dialami korban adalah frustasi (karena
kehilangan harta benda), trauma (karena mengalami hal yang mengerikan, misalnya
pemerkosaan), bahkan bisa jadi korban akan mengalami phobia karena traumatic
terhadap kejadian yang dialaminya. Keluarga korban juga akan mengalami hal yang
sama dengan korban
Sedangkan dampak yang
dialami pelaku adalah deperes karena takut tindakannya ketahuan dan apabila
ketahuan pelaku tersebut juga akan depresi karena dikucilkan oleh masyarakat.
Pengucilan oleh masyarakat juga akan dialami keluarga pelaku tindak criminal
tersebut.
c Klasifikasi
Jenis Kejahatan
a. Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Dampaknya
a) Kejahatan berdampak luas
b) Kejahatan berdampak local
c) Kejahatan korbannya diri sendiri
d) Kejahatan yang tidak ada korbannya
b. Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Jenis Objek Sasaran
a) Kejahatan kemanusiaan
b) Kejahatan perang
c) Kejahatan politik
d) Kejahatan harta benda
c. Klasifikasi Kejahatan Berdasarkan Cara yang digunakan
a) Kejahatan yang menyakiti orang lain
b) Kejahatan dengan kekerasan
c) Kejahatan dengan kelembutan
d) Kejahatan dengan Media
d Teori-Teori Kejahatn
a. Teori asosiasi diferensial (Differensial Association
(differensial Association)
Menurut teori ini bahwa kejahatan dipelajari melalui belajar
b. Teori Kontrol social
Menurut teori ini bahwa masyarakat bias mencegah terjadinya kejahatan
dengan memberikan control melalui hal-hal yang bias mencegah kejahatn dengan
cara memberikan kasih saying, melibatkan, partisipasi, dan kepercayaan
c. Teori Label/Cap/Stigma
a) Primary Deviancy adalah penyimpangan yang dilakukan
pertama kali dan tidak diberikan sanksi
b) Secondary Deviance adalah penyimpangan yang dilakukan
berulang-ulang dan merupakan sebuah kebiasaan
d. Teori Anomi (Kacau)
Menurut teori ini bahwa kejahatan terjadiketika dalam masyarakat tidak ada
kepastian hukum.
2.5 Minuman
Beralkohol
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi
ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia
tertentu.
Bila dikonsumsi berlebihan,
minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan mental organik (GMO),
yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO
itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang
meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis
keracunan atau mabuk.
Mereka yang terkena GMO
biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau
melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu
fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga
terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling.
Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung,
bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.
Mereka yang sudah ketagihan
biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom putus alkohol,
yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar dan
jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi.
Jenis-jenis minuman
beralkohol terdiri atas : anggur, bir, bourbon, brendi, brugal, caipirinha, chianti, jägermeister, mirin, prosecco, rum, sake, sampanye, shōchū, tuak, vodka, wiski
2.6 Pornografi
Pornografi (dari bahasa Yunani πορνογραφία pornographia
— secara harafiah tulisan tentang
atau gambar tentang pelacur)
(kadang kala juga disingkat menjadi "porn," "pr0n," atau "porno") adalah
penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan membangkitkan birahi (gairah
seksual). Pornografi berbeda dari erotika. Dapat
dikatakan, pornografi adalah bentuk ekstrem/vulgar dari erotika. Erotika
sendiri adalah penjabaran fisik dari konsep-konsep erotisme.
Kalangan industri pornografi kerap kali menggunakan istilah erotika dengan
motif eufemisme namun mengakibatkan kekacauan pemahaman di kalangan
masyarakat umum.
Pornografi
dapat menggunakan berbagai media — teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar
bergerak (termasuk animasi), dan suara seperti misalnya suara orang yang bernapas tersengal-sengal.
Film porno menggabungkan gambar yang
bergerak, teks erotik yang diucapkan dan/atau suara-suara erotik lainnya,
sementara majalah seringkali menggabungkan foto dan teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis, kadang-kadang dengan ilustrasi.
Suatu pertunjukan hidup pun dapat disebut porno.
Menonton film porno dapat
membangkitkan nafsi birahi yang bila tak terkendali dan apabila ketika belum
menikah maka akan berpeluang terjadi pemerkosaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Calon korban yang telah melakukan penyimpangan selama 2 tahun lamanya,
akhirnya sekarang sudah berangsur berubah menjadi orang yang baik walaupun
belum sempurna menjadi orang yang baik tapi sudah ada tanda-tanda yang menunjukan
bahwa calon korban akan berubah menjadi orang yang baik, bahkan calon korban
juga telah berjanji kepada orang tuanya dan masyarakat bahwa dia
bersungguh-sungguh akan berubah menjadi orang yang baik.
Tidak hanya itu, 4 orang
temannya juga yang selalu bersama-sama melakukan penyimpangan, mereka juga
berjanji seperti calon korban akan berubah menjadi orang yang baik, yang dapat
dibanggakan oleh orang tuanya, masyarakat, bangsa dan negara.
Keberhasilan semua ini
berkat solusi yang yang telah dibuat oleh masyarakat kampung Tapis yang peduli terhadap masa depan calon korban
dan teman-temannya. Dalam pelaksanaannya pun yang secara bersama-sama warga
masyarakat dengan bekerja sama dengan pihak kepolisian yang tentunya dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh dan
sebaik-baiknya sehingga menunjukan hasil yang maksimal.
3.2 Saran
a Saran untuk Masyarakat
Masyarakat secara bersama-sama dengan seluruh warga dan elemen-elemen
lainnya agar dapat peduli terhadap remaja supaya tidak melakukan
penyimpangan-penyimpangan, dengan cara mengontrol berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh para remaja terutama kegiatan yang dilakukan pada malam hari.
Serta mengarahkan para remaja untuk melakukan berbagai kegiatan yang positif
yang berguna untuk masa depannya.
b Saran untuk Orang Tua
Orang tua agar dapat mengontrol semua kegiatan yang dilakukan oleh anaknya
sehari-hari supaya anaknya tidak melakukan berbagai penyimpangan-penyimpangan
yang tentunya dapat merugikan dirinya sendiri, orang tua, masyarakat, bangsa dan
negara serta dapat menghancurkan masa depannya.
c saran untuk Para Remaja
Masa remaja yang serga ingin tahu rentan sekali melakukan penyimpangan,
oleh karena itu kepada setiap remaja agar dapat memilih teman yang sekiranya
baik dan tidak mengajak untuk melakukan penyimpangan. Karena faktor lingkungan
terutama pengaruh teman merupakan faktor yang dominan seorang remaja melakukan
berbagai penyimpangan.
Tolong Daftar Pustaka masukan. Keuda usahakan cinta kasih menjadi solusi remaja, jika ini tugas kedua.
BalasHapus