3
Orang Sukses Karena
Wirausaha
1.
Puspo Wardoyo
Puspo Wardoyo, merintis waralaba Ayam Bakar Wong Solo hingga menjadi sebesar
sekarang ini dari titik paling bawah. Ia pernah menjajakan ayam bakar di kaki
lima. Sejak kecil Puspo sudah terbiasa berurusan dengan ayam. Orangtuanya
penjaja ayam. Pagi hari, Puspo kecil membantu menyembelih ayam untuk dijual di
pasar. Siang sampai malam, ia membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji
seperti ayam goreng, ayam bakar, dan menu ayam lainnya di warung milik
orangtuanya di dekat kampus UNS Solo.
Impian itu sendiri terinpirasi oleh cerita seorang pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan. Ketika pria kelahiran 30 November 1957 itu tengah merintis usaha warung lesehan di Solo selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil, suatu saat pedagang bakso asal Solo tersebut bertandang ke tempat Puspo.
Dia bercerita bahwa peluang usaha warung makan di Medan sangat bagus. Pedagang bakso itu telah membuktikannya. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih di akhir tahun 1990 itu sekitar Rp 300.000. Dari keuntungan berjualan bakso dengan gerobak sorong itulah teman Puspo ini bisa pulang menengok kampung halamannya di Solo setiap bulan. "Dengan uang, jarak antara Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang, " kata Puspoyo menirukan ucapan temannya tadi. Wajar saja jika dengan pesawat terbang waktu tempuh antara MedanSolo Berganti pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sementara dengan naik bis jarak antara SoloSemarang ditempuh sekitar empat jam.
Cerita sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. "Saya bertekad bulat akan merantau ke Medan, " pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa boleh buat, warung makan yang termasuk perintis warung lesehan di kota pusat kebudayaan Jawa itu pun ia jual kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta. Mengapa Jakarta? "Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk merantau ke Medan, " katanya.
Ketika tengah merantau di ibu kota itu, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan sebagai guru di sebuah perguruan bernama DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera Utara. Apa boleh buat, demi mewujudkan citacitanya, ia berusaha mengumpulkan modal dengan kembali menjadi guru. Bedanya, kali ini ia tidak lagi menjadi pegawai negeri seperti sebelumnya ketika menjadi staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan, Kabupaten Magelang. "Target saya cuma dua tahun menjadi guru lagi," katanya.
Di sinilah anak pasangan Sugiman Suki ini ketemu dengan isteri pertamanya Rini Purwanti yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Dua tahun menjadi guru ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400. 000. Dengan uang inilah keinginannya menaklukkan kota Medan tak terbendung lagi. Uang tabungan itu sebagian ia gunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut. Masih ada sisa Rp 700.000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan.
Disini ia menyewa lahan 4x4 meter persegi seharga Rp 1.000 per hari. Suatu saat pegawainya tertimpa masalah. Ia terlibat utang dengan rentenir. Puspo membantunya dengan cara meminjamkan uang. Sebagai ucapan terimakasih, sang pegawai membawa wartawan sebuah harian lokal Medan. Si wartawan yang merupakan sahabat suami pegawai yang ditolong Puspo kemudian menuliskan profilnya. Judul artikel itu Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo. Artikel itu membawa rezeki bagi Puspo. Esok hari setelah artikel dimuat, banyak orang berbondong-bondong mendatangi warungnya. Siapa sangka jika dari sebuah warung kecil ini kemudian melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero Medan. Impian untuk menaklukkan "jarak" Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang pun menjadi kenyataan. Bukan itu saja, penilaian atas prestasi bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati impian yang ia tinggalkan sebelumnnya.
Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo) melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibarkibar setelah berhasil menaklukkan Jakarta setelah sebelumnva "mengapung" dari daerah pinggiran. Dalam waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggaktonggak bisnisnya di pusat kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan memasuki berbagai kota besar di Indonesia.
Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu sesak pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan kemarin, semua outlet tersebut membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa.
Skala usaha Wong Solo itu memang belum sekelas para konglomerat masa lalu yang dengan enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. "usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu," paparnya. Kendati masih tergolong usaha menengah, namun kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban utang. Ia memiliki pondasi kuat untuk terus berkembang. Untuk mewujudkan mimpimimpinya, ayah sembilan anak dari empat istri ini telah melewati rute perjalanan yang berlikaliku lengkap dengan segala tantangannya.
Ada masa ketika di waktuwaktu awal merintis usaha di Medan ia nyaris patah semangat garagara selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis hujan. "Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan memasak lagi". katanya. Istrinya yang tak sabar melihat lambannya usaha Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya agar memberitahu ayahnya agar mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar lagi. "Mertua saya bilang, kapan kamu akan tobat," katanya menirukan ucapan sang mertua.
Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam bakar “Wong Solo” akan berkembang seperi sekarang. Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3x4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi.
Di tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, 13 tahun kemudian, di memiliki lebih dari 16 cabang tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang dan Yogyakarta meskipun masih mengandalkan ayam bakar, namun menunya kini makin beragam hingga 100 jenis. Sudah terbiasa bagi Wardoyo untuk menyisihkan 10 % dari keuntungannya untuk amal. Dia percaya, Tuhan akan memperkaya orang yang banyak beramal. Maka jangan heran bila Anda kebetulan mampir di salah satu rumah makannya menyaksikan karyawannya sedang berkerumun di saat menjelang atau usai jam kerja. Mereka sedang melaksanakan ibadah “kultum” atau kuliah tujuh menit.
Impian itu sendiri terinpirasi oleh cerita seorang pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan. Ketika pria kelahiran 30 November 1957 itu tengah merintis usaha warung lesehan di Solo selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil, suatu saat pedagang bakso asal Solo tersebut bertandang ke tempat Puspo.
Dia bercerita bahwa peluang usaha warung makan di Medan sangat bagus. Pedagang bakso itu telah membuktikannya. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih di akhir tahun 1990 itu sekitar Rp 300.000. Dari keuntungan berjualan bakso dengan gerobak sorong itulah teman Puspo ini bisa pulang menengok kampung halamannya di Solo setiap bulan. "Dengan uang, jarak antara Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang, " kata Puspoyo menirukan ucapan temannya tadi. Wajar saja jika dengan pesawat terbang waktu tempuh antara MedanSolo Berganti pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sementara dengan naik bis jarak antara SoloSemarang ditempuh sekitar empat jam.
Cerita sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. "Saya bertekad bulat akan merantau ke Medan, " pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa boleh buat, warung makan yang termasuk perintis warung lesehan di kota pusat kebudayaan Jawa itu pun ia jual kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta. Mengapa Jakarta? "Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk merantau ke Medan, " katanya.
Ketika tengah merantau di ibu kota itu, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan sebagai guru di sebuah perguruan bernama DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera Utara. Apa boleh buat, demi mewujudkan citacitanya, ia berusaha mengumpulkan modal dengan kembali menjadi guru. Bedanya, kali ini ia tidak lagi menjadi pegawai negeri seperti sebelumnya ketika menjadi staf pengajar mata pelajaran Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan, Kabupaten Magelang. "Target saya cuma dua tahun menjadi guru lagi," katanya.
Di sinilah anak pasangan Sugiman Suki ini ketemu dengan isteri pertamanya Rini Purwanti yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Dua tahun menjadi guru ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400. 000. Dengan uang inilah keinginannya menaklukkan kota Medan tak terbendung lagi. Uang tabungan itu sebagian ia gunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut. Masih ada sisa Rp 700.000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan.
Disini ia menyewa lahan 4x4 meter persegi seharga Rp 1.000 per hari. Suatu saat pegawainya tertimpa masalah. Ia terlibat utang dengan rentenir. Puspo membantunya dengan cara meminjamkan uang. Sebagai ucapan terimakasih, sang pegawai membawa wartawan sebuah harian lokal Medan. Si wartawan yang merupakan sahabat suami pegawai yang ditolong Puspo kemudian menuliskan profilnya. Judul artikel itu Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo. Artikel itu membawa rezeki bagi Puspo. Esok hari setelah artikel dimuat, banyak orang berbondong-bondong mendatangi warungnya. Siapa sangka jika dari sebuah warung kecil ini kemudian melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero Medan. Impian untuk menaklukkan "jarak" Solo Medan lebih dekat dibanding Solo Semarang pun menjadi kenyataan. Bukan itu saja, penilaian atas prestasi bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati impian yang ia tinggalkan sebelumnnya.
Dari ibu kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo) melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin berkibarkibar setelah berhasil menaklukkan Jakarta setelah sebelumnva "mengapung" dari daerah pinggiran. Dalam waktu relatif singkat kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggaktonggak bisnisnya di pusat kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan memasuki berbagai kota besar di Indonesia.
Fenomena Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat pemerintah, para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta selalu sesak pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan ketika bulan Ramadhan kemarin, semua outlet tersebut membatasi jumlah pengunjung saat berbuka puasa.
Skala usaha Wong Solo itu memang belum sekelas para konglomerat masa lalu yang dengan enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan rupiah. "usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat yang kaya utang itu," paparnya. Kendati masih tergolong usaha menengah, namun kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban utang. Ia memiliki pondasi kuat untuk terus berkembang. Untuk mewujudkan mimpimimpinya, ayah sembilan anak dari empat istri ini telah melewati rute perjalanan yang berlikaliku lengkap dengan segala tantangannya.
Ada masa ketika di waktuwaktu awal merintis usaha di Medan ia nyaris patah semangat garagara selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau tiga ekor ayam bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di tengah jalan karena jalanan licin sehabis hujan. "Apa boleh buat, saya terpaksa pulang dan memasak lagi". katanya. Istrinya yang tak sabar melihat lambannya usaha Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya agar memberitahu ayahnya agar mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar lagi. "Mertua saya bilang, kapan kamu akan tobat," katanya menirukan ucapan sang mertua.
Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam bakar “Wong Solo” akan berkembang seperi sekarang. Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran sekitar 3x4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi.
Di tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, 13 tahun kemudian, di memiliki lebih dari 16 cabang tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang dan Yogyakarta meskipun masih mengandalkan ayam bakar, namun menunya kini makin beragam hingga 100 jenis. Sudah terbiasa bagi Wardoyo untuk menyisihkan 10 % dari keuntungannya untuk amal. Dia percaya, Tuhan akan memperkaya orang yang banyak beramal. Maka jangan heran bila Anda kebetulan mampir di salah satu rumah makannya menyaksikan karyawannya sedang berkerumun di saat menjelang atau usai jam kerja. Mereka sedang melaksanakan ibadah “kultum” atau kuliah tujuh menit.
2. Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto (lahir dengan nama Tan
Kang Hoo di Belawan, Medan, 25 Desember 1949; umur 62 tahun) adalah seorang
pengusaha asal Indonesia. Ia adalah CEO Raja Garuda Mas, sebuah perusahaan yang
berkantor pusat di Singapura dengan usaha di berbagai bidang, terutamanya
kertas dan kelapa sawit. Tanoto dinyatakan sebagai orang terkaya di Indonesia
oleh majalah Forbes pada September 2006, namun pada tahun 2011, Forbes kembali
merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki peringkat ke-6 dengan
total kekayaan US$ 2,8 miliar
Forbes memiliki daftar orang terkaya di seluruh dunia. Dan beberapa orang dari Indonesia mampu masuk ke dalam daftar tersebut termasuk seorang pengusaha yang bernama Sukanto Tanoto. Kesuksesan beliau pun dinilai dari jumlah Dollar Amerika yang sudah beliau hasilkan. Sangat menakjubkan sekali bahwa ada orang Indonesia yang bisa menghasilkan pendapatan yang sangat besar. Hal ini pasti didukung oleh sumber daya manusia yang sangat baik dari pribadi orang tersebut. Beliau memasuki urutan ke 284 pada tahun 2008 karena memiliki kekayaan sebesar US$ 3.8 trilyun. Hal ini sungguh pencapaian yang sangat bagus sekali. Usaha yang telah dan masih akan dijalankan oleh Tanoto sanggup membawanya ke kesuksesan yang lebih tinggi lagi.
Forbes memiliki daftar orang terkaya di seluruh dunia. Dan beberapa orang dari Indonesia mampu masuk ke dalam daftar tersebut termasuk seorang pengusaha yang bernama Sukanto Tanoto. Kesuksesan beliau pun dinilai dari jumlah Dollar Amerika yang sudah beliau hasilkan. Sangat menakjubkan sekali bahwa ada orang Indonesia yang bisa menghasilkan pendapatan yang sangat besar. Hal ini pasti didukung oleh sumber daya manusia yang sangat baik dari pribadi orang tersebut. Beliau memasuki urutan ke 284 pada tahun 2008 karena memiliki kekayaan sebesar US$ 3.8 trilyun. Hal ini sungguh pencapaian yang sangat bagus sekali. Usaha yang telah dan masih akan dijalankan oleh Tanoto sanggup membawanya ke kesuksesan yang lebih tinggi lagi.
Sukanto
Tanoto adalah orang yang telah menghasilkan trilyunan rupiah dalam menjalankan
bisnisnya. Pada awalnya, bisnis yang dilakukan oleh beliau adalah menjadi
pemasok dari alat-alat dan barang-barang untuk perusahaan negara Pertamina.
Pada awalnya mungkin pekerjaan ini bisa dianggap pekerjaan yang kecil. Namun
karena kerja kerasnya telah membuat pekerjaan ini dapat diselesaikannya dengan
baik.
Sukanto dilahirkan di kota Medan pada tanggal 25 Desember 1949 dan sudah memiliki banyak sekali pengalaman dalam bidang bisnis. Setelah menjadi pemasok untuk perusahaan sebesar Pertamina, beliau merambah ke industry perusahaan. Beliau berhasil membawa perusahaannya menjadi salah satu perusahaan pulp dan kertas di Asia yang masuk ke dalam Bursa Efek New York. Hal tersebut adalah satu pencapaian yang sangat luar biasa sekali. Tidak banyak pengusaha yang mampu menembuskan bisnis mereka ke bursa saham di Amerika Serikat tersebut. Perusahaannya menjadi sangat besar dan mulai merentangkan sayapnya untuk merengkuh bisnis-bisnis lainnya yang masih berhubungan dengan bisnis perusahaannya yang sekrang. Kertas, minyak sawit, konstruksi dan energi adalah beberapa hal yang menjadi bisnis dari beliau pada saat sekarang ini.
Sukanto dilahirkan di kota Medan pada tanggal 25 Desember 1949 dan sudah memiliki banyak sekali pengalaman dalam bidang bisnis. Setelah menjadi pemasok untuk perusahaan sebesar Pertamina, beliau merambah ke industry perusahaan. Beliau berhasil membawa perusahaannya menjadi salah satu perusahaan pulp dan kertas di Asia yang masuk ke dalam Bursa Efek New York. Hal tersebut adalah satu pencapaian yang sangat luar biasa sekali. Tidak banyak pengusaha yang mampu menembuskan bisnis mereka ke bursa saham di Amerika Serikat tersebut. Perusahaannya menjadi sangat besar dan mulai merentangkan sayapnya untuk merengkuh bisnis-bisnis lainnya yang masih berhubungan dengan bisnis perusahaannya yang sekrang. Kertas, minyak sawit, konstruksi dan energi adalah beberapa hal yang menjadi bisnis dari beliau pada saat sekarang ini.
Pengalaman
masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata telah memberikan pelajaran
yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius kepada keberhasilannya
memimpin beberapa perusahaan miliknya. Kehidupan masa kecil yang diskriminatif
terhadap ras yang mengalir ditubuhnya membuatnya bertahan untuk mendapatkan
haknya. Perjalanannya sebagai seorang pebisnis pun tidak langsung berada di
garis yang paling atas. Beliau memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun
secara dramatis, beliau mampu bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari
krisis yang terjadi di Indonesia. Profil Sukanto Tanoto sangat baik sekali
untuk di baca karena akan memberikan inspirasi yang sangat baik untuk
perkembangan diri pribadi. Kerja keras yang dilakukan oleh beliau pun mampu
membuatnya menjadi salah seorang yang terkaya di dunia. Semua keringat yang
dikeluarkan pasti mampu membuat kerja keras beliau menjadi keuntungan yang
sangat besar yang terlihat disekitar beliau. (sumber:orangterkayaindonesia.com)
Pria yang hobi mendengarkan musik klasik ini terus berekspansi ke dunia bisnis. Tidak hanya dalam negeri, di luar negeri Sukanto ikut memiliki perkebunan kelapa sawit Nasional Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filiphina. Keinginan untuk memajukan bisnis nasional semakin menjadi. Obsesi yang ingin menjadi salah satu pengusaha Indonesia agar mampu bersaing di arena global tampak jelas dari pandangan bsinis Indonesia. Buktinya Juli 2006, Sukanto menduduki orang terkaya nomor wahid di Indonesia. Jauh dibanding tahun sebelumnya.
Pria yang hobi mendengarkan musik klasik ini terus berekspansi ke dunia bisnis. Tidak hanya dalam negeri, di luar negeri Sukanto ikut memiliki perkebunan kelapa sawit Nasional Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filiphina. Keinginan untuk memajukan bisnis nasional semakin menjadi. Obsesi yang ingin menjadi salah satu pengusaha Indonesia agar mampu bersaing di arena global tampak jelas dari pandangan bsinis Indonesia. Buktinya Juli 2006, Sukanto menduduki orang terkaya nomor wahid di Indonesia. Jauh dibanding tahun sebelumnya.
3. Dahlan Iskan
Dahlan Iskan (lahir di Magetan, Jawa
Timur, 17 Agustus 1951; umur 61 tahun), adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan
Jawa Pos Group, yang bermarkas di Surabaya. Ia juga adalah Direktur Utama PLN
sejak 23 Desember 2009. Pada tangga
l 19 Oktober 2011,
berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan diangkat
sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar.
Karier Dahlan Iskan dimulai sebagai
calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda, Kalimantan Timur pada
tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982,
Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.
Jawa Pos
Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.
Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.
Sejak awal 2009, Dahlan adalah sebagai
Komisaris PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC) yang akan memulai pembangunan
Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan tahun ini. SKKL ini akan
menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong, dengan panjang serat optik
4.300 kilometer.
Perusahaaan Listrik
Negara (PLN)
Sejak akhir
2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar
yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah
Jakarta. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya
bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta
sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011.
Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di
Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan
Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan.
Menteri Badan Usaha
Milik Negara (Menteri BUMN)
Pada
tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN
yang menderita sakit. Ia terisak dan terharu begitu dirinya dipanggil menjadi
menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN yang menurutnya sedang pada
puncak semangat untuk melakukan reformasi PLN.
Dahlan melaksanakan beberapa program yang akan dijalankan dalam pengelolaan BUMN. Program utama itu adalah restrukturisasi aset dan downsizing (penyusutan jumlah) sejumlah badan usaha. Ihwal restrukturisasi masih menunggu persetujuan Menteri Keuangan.
Beberapa kinerjanya disorot. Dahlan gagal membawa lima perusahaan BUMN untuk melepas saham perdana (initial public offering/IPO) di lantai bursa. Adapun, berkat kepemimpinannya, BUMN dinilai bersih dari korupsi oleh masyarakat juga merupakan kinerja dan keberhasilannya membangun BUMN.
Dahlan melaksanakan beberapa program yang akan dijalankan dalam pengelolaan BUMN. Program utama itu adalah restrukturisasi aset dan downsizing (penyusutan jumlah) sejumlah badan usaha. Ihwal restrukturisasi masih menunggu persetujuan Menteri Keuangan.
Beberapa kinerjanya disorot. Dahlan gagal membawa lima perusahaan BUMN untuk melepas saham perdana (initial public offering/IPO) di lantai bursa. Adapun, berkat kepemimpinannya, BUMN dinilai bersih dari korupsi oleh masyarakat juga merupakan kinerja dan keberhasilannya membangun BUMN.
Kehidupan pribadi
Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan. Orangtuanya tidak ingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal 17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Dahlan Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada tahun 2008. Buku ini berisi tentang pengalaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi cangkok hati di Cina.
Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya. (sumber : wikipedia.org)
Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan. Orangtuanya tidak ingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal 17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Dahlan Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada tahun 2008. Buku ini berisi tentang pengalaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi cangkok hati di Cina.
Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya. (sumber : wikipedia.org)
1. Dr.
Hamdan Zoelva, S.H., M.H.
Dr. Hamdan
Zoelva, S.H., M.H. (lahir di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, 21 Juni1962; umur
52 tahun) adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia periode 2013-2015,
menggantikan Akil Mochtar yang di berhentikan karena terlibat kasus suap
sengketa pilkada Kabupaten Lebak, Banten. Ia juga pernah menjabat sebagai salah
satu pengurus di Partai Bulan Bintang.
Hamdan Zoelva
lahir dari pasangan TG. KH. Muhammad Hasan, BA, yang merupakan pimpinan Pondok
Pesantren Al-Mukhlisin di Bima, dan Hj. Siti Zaenab. Hamdan menghabiskan masa
kecil di Desa Parado, sekitar 50 kilometer dari Kota Bima. Ia dibesarkan dalam
tradisi keluarga santri dan disekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah. Menginjak
kelas 4, ia dipindahkan ke Sekolah Dasar Negeri No. 4 Salama Nae Bima pada
1974, sambil menjalani pendidikan agama di Madrasah Diniyah. Setelah lulus SD,
ia melanjutkannya ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Padolo Bima pada 1977, dan
menamatkan pendidikan tingkat atasnya di Madrasah Aliyah Negeri Saleko Bima
pada tahun 1981.
Gelar Sarjana
Hukumnya ia dapatkan dari Universitas Hasanuddin, Makassar, di mana ia
mengambil jurusan Hukum Internasional. Saat menjalani kuliah di Universitas
Hassanuddin, ayahnya meminta Hamdan untuk mengambil pendidikan tinggi di
bindang agama untuk melanjutkan tradisi keluarganya yang berlatar belakang
pesantren. Karena itu, Hamdan memutuskan untuk mendaftar ke Fakultas Syari’ah
IAIN Alaudin, Makassar (1981-1984). Semasa mahasiswa, Hamdan aktif di berbagai
organisasi kemahasiswaan, salah satunya adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Di organisasi tersebut, ia menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi HMI
Indonesia Timur. Karena kegiatannya mengurus organisasi, ia memilih untuk
melepas pendidikannya di IAIN Alaudin meski sudah berkuliah selama tiga tahun
dan hampir mendapatkan gelar Sarjana Muda.
Ia juga sempat
mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Jakarta
(1998-2001), yang juga tidak diselesaikan. Pada tahun 2004, ia berhasil
mendapatkan gelar Magister Hukum dari Universitas Padjajaran, Bandung, dan
meraih gelar doktor S3 di bidang Ilmu Hukum Tata Negara dari universitas yang
sama pada tahun 2010, dengan disertasi berjudul “Pemakzulan Presiden di
Indonesia.”Hamdan memulai kariernya ketika dengan menjadi asisten dosen di
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin serta Fakultas Syariah IAIN Makassar
(1986-1987). Ia sempat melamar menjadi dosen, namun ditolak. Atas saran dosen
pembimbingnya, ia merantau ke Jakarta dan bekerja selama tiga tahun sebagai
Asisten Pengacara & Konsultan Hukum pada Law Office OC. Kaligis &
Associates Jakarta, yang secara khusus menangani bidang Non Litigasi, pembuatan
kontrak & perjanjian – perjanjian dagang, investasi PMA, perburuhan,
negosiasi dan lain-lain sebelum akhirnya mendirikan kantor hukum sendiri,
SPJH&J Law Firm. Pada tahun 1989, diangkat dan dilantik sebagai pengacara
dalam lingkungan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. Di tahun 1997, Hamdan
memutuskan untuk memisahkan diri dan membangun kantor advokat Hamdan, Sujana,
Januardi, dan Partner (HSJ&P) hingga dibubarkan tahun 2004.
2. MARIO
TEGUH
Mario Teguh
merupakan seorang motivator yang sangat terkenal di Indonesia. Nama asli dari
Mario Teguh adalah Sis Maryono Teguh. Dia lebih kenal dengan nama Mario Teguh.
Keahliannya dalam merangkai kata-kata bijak membuat daya tarik tersendiri bagi
pria kelahiran Makassar ini. Mario Teguh lahir pada tanggal 5 Maret 1986.
Beliau belajar di IKIP Malang untuk program S1 dengan mengambil konsentrasi
dalam bidang pendidikan. Beliau lahir dari seorang ibu yang bernama Siti Maria
dan seorang ayah yang bernama Gozali Teguh. Di awal karirnya setelah
menyelesaikan kuliahnya, Mario Teguh mengawalinya karirnya bukan menjadi
seorang entertainment melainkan menjadi seorang professional di City Bank.
Sekaligus beliau menjadi Head of Manager di BIMC, Zamre Ab. Wahab.
Pendidikan
tidak hanya dilakukan di IKIP Malang akan tetapi media juga belajar di
perguruan tinggi yang terdapat diluar negeri yaitu Sophia University yang
terdapat di Tokyo. Konsentrasi yang diambil yaitu bidang International
Bussines. Ternyata Mario Teguh juga bersekolah di New Trier West High Di
Chicago. Pengalaman yang dimiliki memang sangatlah luas. Jadi tak heran jika
dia mampu menjadi seorang yang handal saat ini.
Mario Teguh
menjadi salah satu pengisi acara yang berada di salah satu stasiun TV. Acara
yang dibawakannya juga merupakan acara yang dapat memotivasi serta
menginspirasi para penonton yang menyaksikannya. Acara yang dipandunya yaitu
Golden Ways. Acara tersebutlah yang membawakan dirinya menjadi sangat dikenal
oleh public. Cara pembawaannya yang berwibawa namun tetap santai menjadi ciri
khasnya ketika membawakan acara ini. Kepopulerannya tidak lepas dari
berbagai kata kata bijak yang
dikeluarkannya yang membuat orang takjub mendengarnya.
Mario
Teguh mendapatkan berbagai penghargaan yang diraihnya antara lain: beliau
mendapatkan penghargaan dari MURI pada tahun 2003 karena telah mengadakan
sebuah seminar yang memberikan door prize sebuah mobil. Ini merupakan door
prize pertama terbesar di Indonesia dalam sebuah seminar. Selain itu pada tahun
2010, Mario Teguh mendapatkan penghargaan dari surat kabar Republika sebagai
tokoh perubahan pada tahun 2009. Mario Teguh membuat beberapa buku yang laris
dipasaran antara lain buku yang berjudul Becoming a Star, One Million Second
Chances, Life Changer dan Leadership Golden Ways.
PENGALAMAN KARIR MARIO TEGUH
BIMC sebagai Head of Manager,
Zamre Ab. Wahab
Citibank Indonesia (1983–1986)
sebagai Head of Sales
BSB Bank (1986–1989) sebagai
Manager Business Development
Aspac Bank (1990–1994) sebagai
Vice President Marketing & Organization Development
Exnal Corp Jakarta
(1994–sekarang) sebagai CEO dan Senior Consultant
Spesialisasi: Business
Effectiveness Consultan
PENDIDIKAN MARIO TEGUH
Jurusan Arsitektur New Trier West
High (setingkat SMA) di Chicago, Amerika Serikat, 1975.
Jurusan Linguistik dan Pendidikan
Bahasa Inggris, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang (S-1).
Jurusan International Business,
Sophia University, Tokyo, Jepang.
Jurusan Operations Systems,
Indiana University, Amerika Serikat, 1983 (MBA).
BUKU MARIO TEGUH
Becoming a Star (2006)
One Million Second Chances (2006)
Life Changer (2009)
Leadership Golden Ways (2009)
PENGHARGAAN MARIO TEGUH
2010 | Satu dari 8 Tokoh Perubahan
2009 versi Republika.
2010 | Museum Rekor Indonesia
sebagai motivator dengan halaman penggemar Facebook terbesar di Indonesia.
2003 | Museum Rekor Indonesia,
MURI, sebagai penyelenggara seminar berhadiah mobil pertama di Indonesia
3. RAFFI
AHMAD
Raffi Ahmad merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Alm. Munawar Ahmad dan Amy Qanita.
Aktor tampan bernama lengkap Raffi Faridz Ahmad ini lahir di Bandung, 17
Februari 1987. Selain sebagai aktor, Raffi juga dikenal di dunia hiburan
Indonesia sebagai penyanyi dan presenter.
Karir Raffi
dimulai sejak ia berusia 15 tahun. Ketika itu ia menjadi seorang tokoh pembantu
di sinetron “Tunjuk Satu Bintang” (2002). Setelah sinetron tersebut, Raffi
terus muncul di berbagai judul sinetron dan FTV di layar kaca. Sinetron yang
pernah di bintanginya antara lain “Senandung Masa Puber” (2003), “Olivia”
(2006) dan “Tarzan Cilik” (2009). Sedangkan di dunia FTV, Raffi dikenal dengan
membintangi “7 Hari 7 Kekasih” (2011) dan “14 Hari Anak Band Atau Guru” (2011).
Sinetron yang
disebut-sebut menjiplak jalan cerita film “She’s The Man”, “Olivia”(2006), bisa
dibilang sebagai awal kesuksesan karir Raffi. Pria yang memiliki sebuah mobil
mewah seharga miliaran rupiah tersebut terlihat lebih sering membintangi
sinetron yang berepisode panjang sebagai pemain utama setelah sukses dengan
perannya dalam sinetron “Olivia”.
Selain di
sinetron, Raffi juga mencoba kemampuannya untuk berakting di layar lebar. “Me
vs High Heels” (2005) merupakan film pertama yang dibintanginya. Raffi yang
dinilai masih baru di kancah seni peran hanya mendapat peran kecil dalam film
tersebut. Peran sebagai tokoh utama akhirnya didapatkan Raffi di film “Love Is
Cinta” (2007). Kemampuan Raffi dalam berakting dihadiahi penghargaan “Aktor
Terfavorit” di “Indonesia Kids’ Choice Award 2009”.
Pria yang
dulunya sering bergonta-ganti pacar ini terpilih sebagai salah satu personil
grup vokal Bukan Bintang Biasa (BBB) di bawah bimbingan Melly Goeslaw. Grup
yang dibentuk pada 2006 ini mempertemukan Raffi dengan keempat artis remaja
lainnya, yaitu Dimas Beck, Laudya Cynthia Bella, Chelsea Olivia dan Ayushita. Bersama grup ini,
Raffi telah merilis beberapa single yaitu “Let’s Dance Together” (2006), “Bukan
Bintang Biasa” (2007), “Jangan Bilang Tidak” (2007) dan “Johan (Jodoh di Tangan
Tuhan) “2009”. Lewat grup ini lahir pula sebuah film berjudul “Bukan Bintang
Biasa The Movie” (2007) yang menjadikan mereka berlima sebagai pemeran utama.
Film ini meraih penghargaan “Best Soundtrack” di ajang penghargaan “Bali
International Film Festival 2007”.
Raffi mencoba
peruntungannya di dunia MC. Ia mulai menjadi presenter pada tahun 2008. Raffi
menjadi presenter acara musik “Dahsyat” bersama Olga Syahputra dan Luna Maya. Selain itu,
Raffi juga sempat mempresenteri acara “Pesbukers” (2011) dan “OMG” (2010).
Di luar
kesibukan akting, bernyanyi dan menjadi presenter, Raffi sempat memiliki
hubungan asmara dengan beberapa aktris Indonesia antara lain Laudya Cynthia Bella,
Bunga Zaenal, Tyas
Mirasih dan Velove
Vexia. Namun jalinan asmara paling lama Raffi adalah bersama Yuni Shara. Meski menuai
pro dan kontra karena usia yang terpaut 15 tahun, hubungan mereka berjalan
hingga 3 tahun. Meski sering diisukan segera menikah, hal tersebut tidak
membuat cinta Raffi dan Yuni bertahan. Mereka putus di akhir 2012. Menurut
keterangan adik Yuni Shara, Krisdayanti, keputusan
tersebut diambil setelah seringnya terjadi percekcokan diantara keduanya.
Nama Raffi
menjadi pemberitaan ketika tersangkut kasus narkoba. 23 Januari 2013, ia
beserta 16 temannya diciduk Badan Narkotika Nasional (BNN) di rumahnya di
daerah Jalan Gunung Balong I No 16 I, Cilandak, Jakarta Selatan. Sejumlah artis
seperti Irwansyah, Wanda Hamidah serta Zaskia Sungkar juga
sempat pula diperiksa oleh BNN sebelum akhirnya dibebaskan. Sementara itu,
proses peradilan alot mengiringi kasus Raffi. Pasalnya, Raffi memang terbukti
mengkonsumsi obat menggunakan zat methylone (M1). Namun Raffi tidak dapat
dinyatakan bersalah karena zat tersebut tidak termasuk dalam obat-obatan
terlarang yang tercantum di UU Narkotika Republik Indonesia. Raffi pun sempat
ditahan di rutan BNN sebelum kemudian menjalani rehabilitasi di Lido selama
tiga bulan. Meski kasus tersebut sedang diproses di Kejaksaan Agung, artis yang
belakangan diisukan dekat dengan penyanyi Mikha Tambayong ini
bebas menjalani aktifitas keartisannya.
Menurut saya dari enam orang tersebut diatas memiliki
karakter yang berbeda beda, dari keenam orang tersebut memiliki kesamaan
karakter yaitu pekerja keras, tekun, dan disiplin, dari keenam orang tersebut
saya ingin menjadi seperti raffi ahmad, dia memiliki sifat bekerja keras,
tanggung jawab, dan cinta keluarga. Walaupun di masa mudanya dia suka gonti ganti
pacar tapi tetap dia bias bertanggung jawab terhadab ibu dan kedua adiknya.
Maka dari itu saya ingin sekali seperti dia walaupun istilah kata orang bandel
tapi tetap keluarga yang harus di nomor satukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar